PUISI-PUISI KH. MUSTOFA BISRI (GUS MUS)
PILIHAN
Antara
kaya dan miskin tentu kau memilih miskin
Lihatlah
kau seumur hidup tak pernah merasa kaya
Antara
hidup dan mati tentu kau memilih mati
Lihatlah
kau seumur hidup mati-matian mempertahankan kematian
Antara
perang dan damai tentu kau memilih damai
Lihatlah
kau habiskan umurmu berperang demi perdamaian
Antara
beradab dan biadab tentu kau memilih beradab
Lihatlah
kau habiskan umurmu menyembunyikan kebiadaban dalam peradaban
Antara
nafsu dan nurani tentu kau memilih nurani
Lihatlah
kau sampai menyimpannya rapi jauh dari kegalauan dunia ini
Antara
dunia dan akhirat tentu kau memilih akhirat
Lihatlah
kau sampai menamakan amal-dunia sebagai amal akhirat
Antara
ini dan itu
Benarkah
kau memilih itu?
1410/1989
NASIHAT RAMADLAN BUAT A.
MUSTOFA BISRI
Mustofa,
Jujurlah
pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan
Ramadlan
bulan ampunan apakah hanya menirukan Nabi
atau
dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang
menggerakkan
lidahmu begitu.
Mustofa,
Ramadlah
adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya
untukNya
dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya
kepadamu.
Semua yang khusus untukNya khusus untukmu.
Mustofa,
Ramadlan
adalah bulanNya yang Ia serahkan padamu dan bulanmu
serahkanlah
semata-mata padaNya. Bersucilah untukNya. Bersalatlah
untukNya.
Berpuasalah untukNya. Berjuanglah melawan dirimu sendiri
untukNya.
Sucikan
kelaminmu. Berpuasalah.
Sucikan
tanganmu. Berpuasalah.
Sucikan
mulutmu. Berpuasalah.
Sucikan
hidungmu. Berpuasalah.
Sucikan
wajahmu. Berpuasalah.
Sucikan
matamu. Berpuasalah.
Sucikan
telingamu. Berpuasalah.
Sucikan
rambutmu. Berpuasalah.
Sucikan
kepalamu. Berpuasalah.
Sucikan
kakimu. Berpuasalah.
Sucikan
tubuhmu.
Berpuasalah.
Sucikan
hatimu.
Sucikan
pikiranmu.
Berpuasalah.
Suci
kan
dirimu.
Mustofa,
Bukan
perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering yang
mengingatkan
kedlaifan dan melembutkan rasa.
Perut
yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu
atau
perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa.
Barangkali
lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahan
sedikit
berpuasa tapi hanya kau yang tahu
hasrat
dikekang untuk apa dan siapa.
Puasakan
kelaminmu
untuk
memuasi Ridla
Puasakan
tanganmu
untuk
menerima Kurnia
Puasakan
mulutmu
untuk
merasai Firman
Puasakan
hidungmu
untuk
menghirup Wangi
Puasakan
wajahmu
untuk
menghadap Keelokan
Puasakan
matamu
untuk
menatap Cahaya
Puasakan
telingamu
untuk
menangkap Merdu
Puasakan
rambutmu
untuk
menyerap Belai
Puasakan
kepalamu
untuk
menekan Sujud
Puasakan
kakkmu
untuk
menapak Sirath
Puasakan
tubuhmu
untuk
meresapi Rahmat
Puasakan
hatimu
untuk
menikmati Hakikat
Puasakan
pikiranmu
untuk
menyakini Kebenaran
Puasakan
dirimu
untuk
menghayati Hidup.
Tidak.
Puasakan
hasratmu
hanya
untuk
Hadlirat
Nya
!
Mustofa,
Ramadlan
bulan suci katamu, kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah
merasakan
sendiri kesuciannya melalui kesucianmu.
Tapi
bukankah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian
keserakahan
ujub riya takabur dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari
comberan
hatimu?
Mustofa,
inilah
bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati.
Mustofa,
Inilah
bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu
yang
secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi
kau
puja selama ini.
Atau
akan kau lewatkan lagi kesempatan ini
seperti
Ramadlan-ramadlan yang lalu.
Rembang,
Sya’ban 1413
NEGERIKU
mana ada negeri sesubur negeriku?
sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
perabot-perabot orang kaya didunia
sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung
perabot-perabot orang kaya didunia
dan burung-burung indah piaraan mereka
berasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap
bermula dari lautku
emas dan perak perhiasan mereka
digali dari tambangku
air bersih yang mereka minum
bersumber dari keringatku
berasal dari hutanku
ikan-ikan pilihan yang mereka santap
bermula dari lautku
emas dan perak perhiasan mereka
digali dari tambangku
air bersih yang mereka minum
bersumber dari keringatku
mana ada negeri sekaya negeriku?
majikan-majikan bangsaku
memiliki buruh-buruh mancanegara
brankas-brankas ternama di mana-mana
menyimpan harta-hartaku
negeriku menumbuhkan konglomerat
dan mengikis habis kaum melarat
rata-rata pemimpin negeriku
dan handai taulannya
terkaya di dunia
majikan-majikan bangsaku
memiliki buruh-buruh mancanegara
brankas-brankas ternama di mana-mana
menyimpan harta-hartaku
negeriku menumbuhkan konglomerat
dan mengikis habis kaum melarat
rata-rata pemimpin negeriku
dan handai taulannya
terkaya di dunia
mana ada negeri semakmur negeriku
penganggur-penganggur diberi perumahan
gaji dan pensiun setiap bulan
rakyat-rakyat kecil menyumbang
negara tanpa imbalan
rampok-rampok dibri rekomendasi
dengan kop sakti instansi
maling-maling diberi konsesi
tikus dan kucing
dengan asyik berkolusi
penganggur-penganggur diberi perumahan
gaji dan pensiun setiap bulan
rakyat-rakyat kecil menyumbang
negara tanpa imbalan
rampok-rampok dibri rekomendasi
dengan kop sakti instansi
maling-maling diberi konsesi
tikus dan kucing
dengan asyik berkolusi
DI
NEGERI AMPLOP
…
Amplop-amplop di negeri amplop
Mengatur dengan teratur
Hal-hal yang tak teratur
menjadi teratur
Hal-hal yang teratur menjadi
tak teratur
Memutuskan putusan yang tak
putus
Membatalkan putusan yang sudah
putus
Amplop-amplop menguasai
penguasa
Dan mengendalikan orang-orang
biasa
Amplop-amplop membeberkan dan
menyembunyikan
Mencairkan dan membekukan
Mengganjal dan melicinkan
Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa nafsu
Orang sakti bisa mati
Di negeri amplop
Amplop-amplop mengamplopi
apa saja dan siapa saja
1414
AKU MASIH SANGAT HAFAL NYANYIAN
ITU
Oleh:
KH. A. Mustofa Bisri
Aku masih sangat hafal nyanyian itu
Nyanyian kesayangan dan hafalan kita
bersama
Sejak kita di sekolah rakyat
Kita berebut lebih dulu
menyanyikannya
Ketika anak-anak disuruh
Menyanyi di depan klas
satu-persatu
Aku masih ingat betapa kita gembira
Saat guru kita mengajak
menyanyikan lagu itu
bersama-sama
Nyanyian kesayangan dan hafalan kita
bersama
Sejak kita di sekolah rakyat
Kita berebut lebih dulu
menyanyikannya
Ketika anak-anak disuruh
Menyanyi di depan klas
satu-persatu
Aku masih ingat betapa kita gembira
Saat guru kita mengajak
menyanyikan lagu itu
bersama-sama
Sudah lama sekali
Pergaulan sudah tidak
seakrab dulu
Masing-masing sudah terseret kepentingannya sendiri
Atau
tersihir pesona dunia
Dan kau kini entah di mana
Tapi aku masih sangat
hafal nyanyian itu, sayang
Hari ini ingin sekali aku menyanyikannya
kembali
Bersamamu
Pergaulan sudah tidak
seakrab dulu
Masing-masing sudah terseret kepentingannya sendiri
Atau
tersihir pesona dunia
Dan kau kini entah di mana
Tapi aku masih sangat
hafal nyanyian itu, sayang
Hari ini ingin sekali aku menyanyikannya
kembali
Bersamamu
Indonesia
tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Selalu
dipuja-puja bangsa
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan
bunda
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup
mata
tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Selalu
dipuja-puja bangsa
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan
bunda
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup
mata
Aku merindukan rasa haru dan iba
Di tengah kobaran kebencian
dan dendam
Serta maraknya rasa tega
Hingga kini ada saja yang mengubah
lirik lagu
Kesayangan kita itu
Dan menyanyikannya dengan nada
sendu
Di tengah kobaran kebencian
dan dendam
Serta maraknya rasa tega
Hingga kini ada saja yang mengubah
lirik lagu
Kesayangan kita itu
Dan menyanyikannya dengan nada
sendu
Indonesia
tanah air
kita
Bahagia menjadi nestapa
Indonesia kini tiba-tiba
Selalu
dihina-hina bangsa
Di sana banyak orang lupa
Dibuai kepentingan
dunia
Tempat bertarung merebut kuasa
Sampai entah kapan
akhirnya
kita
Bahagia menjadi nestapa
Indonesia kini tiba-tiba
Selalu
dihina-hina bangsa
Di sana banyak orang lupa
Dibuai kepentingan
dunia
Tempat bertarung merebut kuasa
Sampai entah kapan
akhirnya
Sayang, di manakah kini kau
Mungkinkah kita bisa menyanyi
bersama lagi
Lagu kesayangan kita itu
Dengan akrab seperti
dulu
Mungkinkah kita bisa menyanyi
bersama lagi
Lagu kesayangan kita itu
Dengan akrab seperti
dulu
Rembang, 2000
NEGERI
HAHA HIHI
(A. Mustofa Bisri)
Bukan karena banyaknya grup
lawak maka negeriku selalu kocak.
Justru grup-grup lawak hanya
mengganggu dan banyak yang bikin muak.
Negeriku lucu dan para
pemimpinnya suka mengocok perut:
Banyak yang terus pamer
kebodohan dengan keangkuhan yang menggelikan.
Banyak yang terus pamer keberanian
dengan kebodohan yang mengharukan.
Banyak yang terus pamer
kekerdilan dengan teriakan yang memilukan.
Banyak yang terus pamer
kepengecutan dengan lagak yang memuakkan. Ha ha…
Pejuang keadilan jalannya
miring
Penuntut keadilan kepalanya
pusing
Hakim main mata dengan maling
Wakil rakyat baunya pesing. Hi
hi …
Kalian jual janji-janji
untuk menebus kepentingan
sendiri
Kalian hafal pepatah-petitih
untuk mengelabui mereka yang
tertindih.
Pepatah-petitih, ha ha…
Anjing
menggonggong kalian terus berlalu
Sambil menggonggong kalian
terus berlalu
Ha ha, hi hi……
Ada
udang di balik batu
Otaknya udang kepalanya batu
Ha ha, hi hi……
Sekali
dayung dua pulau terlampaui
Sekalu untung dua pulau terbeli
Ha ha, hi hi……
Gajah
mati meninggalkan gading
Harimau
mati meninggalkan belang
Kalian mati meninggalkan hutang
Ha ha, hi hi……
Hujan
emas di negeri orang hujan batu di negeri sendiri
Lebih b aik yuk hujan-hujanan
caci-maki
Ha ha, hi hi……
=============================================================
TENTANG K.H. A. MUSTOFA BISRI
K.H. A. Mustofa Bisri atau biasa dipanggil Gus Mus, lahir 10 Agustus 1944, putra dari KH. Bisri Mustofa, ulama dari Rembang. Masa kecil dan remaja dihabiskan di lingkungan pesantren. Tercatat pernah nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Krapyak Yogyakarta dan Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang, kemudian melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar Kairo. Saat ini, beliau menjadi pengasuh di Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang. Karya tulisnya banyak tersebar di media massa dan dibukukan, mengupas masalah keislaman, politik, sosial, budaya. Gus Mus telah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi, antara lain: (1). Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem, (2). Tadarus, Antologi Puisi, (3). Mutiara-mutiara Benjol, (4). Pahlawan dan Tikus, (5). Syair Asma’ul Husna (bahasa Jawa), (6). Rubaiyat Angin dan Rumput, (7). Wekwekwek.
0 komentar:
Posting Komentar