Rabu, 27 April 2016

PPENJELASAN SERTA CONTOH PENGGUNAAN KALIMAT AKTIF DAN PASIF DALAM WACANA

Penjelasan dan Contoh Penggunaan Kalimat Aktif dan Pasif dalam Wacana


Penjelasan dan Contoh Penggunaan Kalimat Aktif dan Pasif dalam Wacana - Berdasarkan subjeknya, kalimat dibagi ke dalam dua jenis yaitu, kalimat aktif dan kalimat pasif. Kalimat aktif adalah kalimat dimana subjek memberikan tindakan terhadap objek. Sedangkan, kalimat pasif adalah kalimat dimana subjek yang mendapat tindakan dari objek.

Kedua jenis kalimat ini sering sekali digunakan dalam berbagai bentuk tulisan, seperti esai, wacana, laporan penelitian, bahkan tulisan-tulisan yang mengandung estetika, misalnya puisi, cerpen, dan lain-lain. Penggunaan tersebut bertujuan untuk menambah variasi kalimat, sehingga penulisan karya tulis tersebut menjadi lebih baik. 


Ciri-ciri Kalimat Aktif dan Pasif


Untuk menemukan penggunaan kalimat aktif dan pasif, ada baiknya kita mempelajari terlebih dahulu ciri-ciri kedua jenis kalimat ini. Di bawah ini adalah ciri-ciri kalimat aktif dan pasif.

Kalimat Aktif
  1. Subjek memberikan tindakan langsung terhadap objek
  2. Menggunakan kata kerja yang berimbuhan me- atau ber-
  3. Berpola S P O atau S P O K
Contoh:
Ibu menyiram tanaman di kebun bunga.

Kalimat Pasif
  1. Objek memberikan tindakan terhadap subjek 
  2. Menggunakan kata kerja yang berimbuhan di-, ter, atau ke-an
  3. Biasanya menggunakan kata oleh, atau dengan
Contoh:
Tanaman disiram oleh ibu di kebun bunga. 


Penggunaan Kalimat Aktif dan Pasif dalam Wacana


Seperti pada artikel yang pernah kita bahas sebelumnya, wacana adalah serangkaian kalimat yang membentuk suatu kesatuan gagasan utama yang utuh. Salah satu ciri-ciri dari wacana adalah tersusun dari kalimat-kalimat yang bersifat padu atau saling mendukung. Sedangkan ciri dari suatu tulisan yang baik adalah variatif. 

Oleh karena itu, penggunaan kalimat aktif dan pasif perlu digunakan dalam menulis sebuah wacana, sehingga wacana tersebut menjadi tulisan yang indah dan mudah dimengerti oleh pembaca. Berikut ini adalah contoh wacana yang menggunakan kalimat aktif dan pasif.

Contoh:



Mencegah Kerusakan Mata dengan Buah Pisang

Buah yang satu ini ternyata tidak hanya memiliki rasa yang enak, tetapi juga memiliki manfaat yang sangat banyak. Tanpa kita sadari, Buah yang digemari oleh masyarakat luas ini bisa memberikan dampak positif bagi tubuh kita. Salah satunya adalah mata, mata kita akan dijaga kesehatannya oleh si kuning panjang ini.

Buah pisang bermanfaat sebagai penjaga kesehatan mata dikarenakan buah ini memiliki sejumlah vitamin A yang larut dalam lemak. Vitamin A yang masuk ke dalam tubuh tersebut akan dilarutkan oleh lemak dan dibawa menuju organ mata. Di sanalah senyawa ini memberikan nutrisi kepada membran yang mengelilingi mata. Membran tersebut merupakan komponen dari salah satu protein yang membawa cahaya masuk ke kornea. 

Jika membran ini terus diberi asupan oleh senyawa larutan vitamin A, maka mata akan tetap terjaga daya akomodasiya. Akibatnya, mata tidak akan cepat rabun. Selain itu, kandungan alpha karoten dan beta karoten di dalam buah pisang sangat berguna untuk menjaga kesehatan mata setiap harinya. Bahkan asupan vitamin A yang cukup ke dalam organ mata juga bisa mengurangi risiko kebutaan terhadap mata yang merupakan organ yang sangat penting untuk penglihatan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, mata harus dijaga dengan mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah yang banyak.

Pada umumnya, wanita membutuhkan 700 mikro gram vitamin A, dan pria membutuhkan 900 mikro gram setiap harinya. Sedangkan sebuah pisang sebesar 6 inci, memiliki sekitar 10 mikro gram vitamin A. Oleh karena itu, dalam sehari buah pisang harus dikonsumsi oleh manusia sebanyak 7 buah pisang, supaya kesehatan mata tetap terjaga.  



Wacana di atas mudah di pahami, Bukan? Hal ini karena susunan kalimatnya yang padu dan variatif. Berikut ini adalah kalimat aktif dan pasif yang bisa ditemukan dalam wacana tersebut.

Kalimat aktif. 

  1. Buah yang satu ini ternyata tidak hanya memiliki rasa yang enak, tetapi si kuning panjang ini memiliki manfaat yang sangat banyak.
  2. Buah ini memberikan dampak positif bagi kesehatan kita.
  3. Di sanalah senyawa ini memberikan nutrisi kepada membran yang mengelilingi mata.
  4. Bahkan asupan vitamin A yang cukup ke dalam organ mata juga mengurangi risiko kebutaan terhadap mata
  5. Pada umumnya, wanita membutuhkan 700 mikro gram vitamin A, dan pria membutuhkan 900 mikro gram setiap harinya.
  6. Sedangkan sebuah pisang sebesar 6 inci, memiliki sekitar 10 mikro gram vitamin A.


Kalimat Pasif

  1. Buah yang digemari oleh masyarakat luas ini …
  2. Salah satunya adalah mata kita yang dijaga kesehatannya oleh buah yang satu ini.
  3. Vitamin A yang masuk ke dalam tubuh akan dilarutkan oleh lemak dan dibawa menuju organ mata.
  4. Jika membran ini terus diberi asupan oleh senyawa larutan vitamin A, maka mata akan tetap terjaga daya akomodasiya.
  5. Oleh karena itu, dalam sehari buah pisang harus dikonsumsi oleh manusia sebanyak 7 buah pisang, supaya kesehatan mata tetap terjaga. 


http://www.kelasindonesia.com/

NOMINA TURUNAN

   Nomina Turunan
Nomina dapat diturunkan melalui afiksasi, perulangan, atau pemajemukan. Afiksasi nomina adalah suatu proses pembentukan nomina dengan menambahkan afiks tertentu pada kata dasar. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penurunan nomina dengan afiksasi adalah bahwa nomina tersebut memiliki sumber penurunan dan sumber ini belum tentu berupa kata dasar. Nomina turunan seperti kebesaran memang diturunkan dari kata dasar besar sebagai sumbernya, tetapi pembesaran tidak diturunkan dari kata dasar yang sama, besar, tetapi dari verba membesarkan.
Sumber sebagai dasar penurunan nomina ditentukan oleh keterkaitan makna antara sumber tersebut dengan turunannya. Kebesaran bermakna keadaan besar karena itu, kebesaran diturunkan dari ajektifa besar. Akan tetapi, makna pembesaran berkaitan dengan perbuatan membesarkan, bukan dengan ‘keadaan besar’, karena itupembesaran diturunkan bukan dari ajektifa besar, tetapi dari verba membesarkan.
Keterkaitan makna merupakan dasar untuk menentukan sumber, maka dalam kebanyakan hal tiap nomina turunan mempunyai sumbernya sendiri-sendiri. Nomina turunan seperti pertemuan dan penemuan, misalnya, tidak diturunkan dari sumber yang sama, yakni, temu, tetapi dari dua verba yang berbeda. Pertemuan diturunkan dari verba bertemu, sedangkan penemuan dari verba menemukanPenemuan juga tidak diturunkan dari verba menemui karena antara menemui dengan penemuan tidak ada keterkaitan makna.
Dalam bahasa Indonesia sering ada dua verba yang maknanya sangat dekat. Verba membesarkan dan memperbesar, misalnya, sama-sama mengandung makna ‘menyebabkan sesuatu menjadi besar atau lebih besar.’ Karena hal seperti ini, maka nomina turunan pembesaran tidak mustahil diturunkan baik dari verba membesarkanmaupun memperbesar.
Di pihak lain, bahasa Indonesia kontemporer juga menunjukkan adanya kecenderungan untuk memunculkan bentukan-bentukan baru sesuai dengan kebutuhan. Tampaknya karena adanya perbedaan makna yang halus antara verba meng- danmemper-, maka kini ada nomina yang hanya berkaitan dengan verba memper- : nominapemersatu, pemerkaya, dan pemerhati masing-masing diturunkan dari verbamempersatukan, memperkaya, dan memperhatikan.
Sejauh mana kedekatan makna dua verba untuk menjadi sumber penurunan nomina tidak mudah ditentukan. Verba menjual, menjualkan, dan menjuali, misalnya, jelas mempunyai makna yang berdekatan. Namun, nomina penjualan harus dianggap sebagai turunan hanya dari verba menjual saja karena makna penjualan tidak menyangkut pengertian benefaktif (menjualkan) maupun iteratif (menjuali).
Dalam kasus yang lain, bisa saja kata dari kelas kata tersebut mempunyai verba, tetapi maknanya tidak berkaitan dengan nomina yang diturunkan. Kata dasar nominaraja, misalnya, memang mempunyai verba merajakan dan merajai. Nomina turunankerajaan tidak berkaitan makna dengan kedua verba itu, tetapi dengan kata dasarnya,raja. Karena itu, nomina kerajaan tidak diturunkan dari verba merajakan ataupunmerajai, tetapi dari nomina raja. Demikian pula dengan kata kelurahan dan kecamatanyang masing-masing diturunkan dari nomina lurah dan camat.
3)      Afiks dalam Penurunan Nomina
Kata-kata berkelas nomina, selain berbentuk akar (nomina), banyak pula yang terbentuk melalui proses afiksasi. Pembentukan dengan afiksasi ini ada yang dibentuk langsung dari akar, tetapi sebagian besar dibentuk dari akar melalui kelas verba dari akar itu. Yang dibentuk langsung dari akar adalah nomina turunan berkonfiks ke-an, seperti kepartaian yang bermakna ‘hal partai’ dan kepandaian yang bermakna ‘hal pandai’. Sedangkan contoh yang dibentuk dari gramatikal ‘yang membaca’,pembacaan yang bermakna gramatikal ‘proses membaca’ dan bacaan yang bermakna gramatikal ‘hasil membaca’ atau ‘yang dibaca’.
Bahwa nomina pembaca dibentuk dari dasar baca melalui verba membacadapat kita lihat dari makna gramatikalnya, yaitu ‘yang membaca’. Sedangkan katakehutanan dibentuk langsung dari akar hutan juga tampak dari makna gramatikalnya, yaitu ‘tentang hutan’ atau ‘hal hutan’.
Afiks-afiks pembentuk nomina turunan sejauh ini adalah :
(1)   Prefiks ke-.
Nomina berprefiks ke- sejauh data yang ada hanyalah ada tiga buah kata yaitu ketua, kekasih dan kehendak dengan makna gramatikal ‘yang dituai’, ‘yang dikasihi’ dan ‘yang dikehendaki’.
(2)   Konfiks ke-an.
Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan konfiks ke-an.
1.      Yang dibentuk langsung dari bentuk dasar, baik dari akar tunggal maupun akar majemuk, seperti pada kata yang memiliki makna gramatikal ‘hal(dasar)’ dan ‘tempat atau wilayah’.
Misalnya :
-          Kebersamaan, artinya ‘hal bersama’.
-          Ketidakadilan, artinya ‘hal tidak adil’.
-          Kelurahan, artinya ‘wilayah lurah’.
-          Kerajaan, artinya ‘wilayah raja’.
-          Kesultanan, artinya ‘wilayah sultan’.
2.      Yang dibentuk dari dasar melalui verba (yang dibentuk dari dasar itu dan menduduki fungsi predikat sebuah klausa) memiliki makna gramatikal ‘hal (dasar)’ dan ‘hasil’. Misalnya :
-          Kegembiraan, artinya ‘hal gembira’ (yang dibentuk dari verba gembira, misalnya dari klausa ‘mereka tampak gembira’).
-          Keputusan, artinya ‘hasil memutuskan’ (yang dibentuk, misalnya dari klausa ‘gubernur tak dapat memutuskan perkara itu’).
(3)   Prefiks pe-.
1.      Nomina Berprefiks pe- yang Mengikuti Kaidah Persengauan
Prefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan dapat berbentuk pe-, pem-, pen-, per-, peng-, peny-, dan penge-.
·         Bentuk atau alomorf pe- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | r, l, w, y, m, n, ny, dan ng |. Contoh : perawat, perakit, pelintas, pewaris, peyakin.
·         Bentuk atau alomorf pem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | b, p, f, dan v |. Dengan catatan fonem | b, f,dan v | tetap berwujud, sedangkan fonem | p | disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu. Contoh : pembina, pemotong, pemfitnah.
·         Bentuk atau alomorf pen- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | d dan t |. Dengan catatan fonem | d | tetap diwujudkan sedangkan fonem | t | tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut. Contoh : pendengar, penulis.
·         Bentuk atau alomorf peny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem | s, c, dan j |. Dengan catatan fonem | s | disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada prefiks itu; sedangkan nasal | ny | untuk fonem | c | dan | j | dalam bahasa tulis diganti dengan huruf < n >. Contoh : penyikat, pencuri, penjual.
·         Bentuk atau alomorf peng- digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem | k, g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Dengan catatan fonem | k | tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal | ng | yang ada pada prefiks itu; sedangkan fonem lain tidak diwujudkan. Contoh : pengirim, penghibur, pengiris, pengambil.
·         Bentuk atau alomorf penge- digunakan apabila bentuk dasarnya berupa bentuk satu suku kata. Contoh : pengetik, pengecat, pengetes, pengebom, dan pengesah.
2.      Nomina Berprefiks pe- yang Tidak Mengikuti Kaidah Persengauan
Hal ini berkaitan dengan verba berprefiks ber- atau verba berklofiks memper-kan yang dibentuk dari dasar itu. Contoh : peladang, pedagang, peternak.
(4)   Konfiks pe-an.
·         Bentuk atau alomorf pe-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem | r, l , w, y, m, n, ny, dan ng |. Contoh : perawatan, pelarian, pemantapan.
·         Bentuk atau alomorf pem-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem | b, p, f, dan v |. Fonem | b | diwujudkan dan fonem | p | disenyawakan. Contoh : pembinaan, pemotongan.
·         Bentuk atau alomorf pen-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem | d dan t |. Fonem | d | tetap diwujudkan dan fonem | t | disenyawakan. Contoh : pendengaran dan penertiban.
·         Bentuk atau alomorf peng-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem | k, g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Hanya fonem | k | yang dapat disenyawakan, sedangkan yang lain tetap diwujudkan. Contoh : pengiriman, penghukuman, pengurusan.
·         Bentuk atau alomorf penge-an digunakan apabila bentuk dasarnya berupa satu suku kata. Contoh : pengeboran, pengeboman.
(5)   Konfiks per-an.
1)      Nomina berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar melalui verba ber-bentuknya mengikuti perubahan bentuk prefiks ber-, sehingga menjadi bentuk per-an, pe-an, dan pel-an. Contoh : Perdagangan, pekerjaan, pecerminan.
2)      Nomina berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar (baik akar maupun bukan) nomina, seperti : perburuhan, perkantoran.
(6)   Sufiks –an
1)      Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- inflektif.
Tulisan, dalam arti ‘hasil menulis (diturunkan melalui verba menulis, di mana hubungan verba menulis dengan objeknya, misalnya, surat, mempunyai hubungan hasil)’.
Makanan, dalam arti ‘yang dimakan’
Saringan, yang memiliki komponen makna ( + alat )
2)      Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘tempat ber-(dasar)’. Misalnya, nomina kubangan, tepian, dan pangkalan.
(7)   Sufiks –nya.
1)      –nya sebagai pronomina persona ketiga tunggal, seperti dalam kalimat : saya mau minta tolong kepadanya.
2)      –nya sebagai sufiks seperti terdapat pada kata-kata naiknya, turunnya, danmahalnya.
(8)   Prefiks ter-.
Nomina berprefiks ter- dengan makna gramatikal ‘yang di-(dasar)’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum. Nomina tersebut adalah tersangka, terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum, dan terpidana.
(9)   Infiks –el-, -em-, dan –er-
Infiksasi dalam bahasa Indonesia sudah tidak produktif lagi. Artinya, tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru. Sejauh ini nomina berinfiks yang ada adalah :
-          Telunjuk = tunjuk
-          Gemetar = getar
-          Gerigi = gigi

KATA IMBUHAN (AFIKS)

Kata Imbuhan (Afiks) / Contoh - contoh Imbuhan 

Awalan, Akhiran, Gabungan, dan Sisipan.
Assalamualaikum. Hai, para pejuang ilmu kali ini kali ini akan menjelaskan tentang contoh-ontoh Imbuhan Awalan (prefiks), Akhiran (sufiks), Gabungan (konfiks), dan Sisipan (infiks). Dalam berbahasa baik itu secara lisan ataupun non lisan (tulisan) kita selalu menggunakan kata imbuhan. Bahkan dalam satu kalimat kita bisa menggunakan banyak kata imbuhan.
Kata imbuhan sendiri adalah kata tambahan yang dilekatkan pada kata dasar. Jika kita berpedoman pada EYD (ejaan yang disempurnakan) setidaknya ada 4 jenis atau 4 macam kata imbuhan yakni awalan, akhiran, awalan akhiran dan sisipan. Pada artikel ini kita akan membahas keempat macam imbuhan tersebut beserta beberapa contoh imbuhan awalan, akhiran, dan sisipan.

A.   Contoh Imbuhan Awalan (prefiks)
Ada beberapa jenis bentuk imbuhan awalan yakni me, di, ke, ter, pe, per, se, ber, dan dijelaskan dalam contoh.
v  Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk membentuk kata kerja aktif. Awalan pe- pada suatu kata dasar dapat berfungsi menjadi kata benda.

·         Perubahan awalan me- menjadi meng-, pe- menjadi peng- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/, /u/, /o/, /k/
Contoh: ambil – mengambil, hancur – penghancur

·         Perubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
Contoh: coba – mencoba, dorong – pendorong

·         Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/
Contoh: beli – membeli, pembeli

·         Perubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny- terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /s/
Contoh: siksa – menyiksa, penyiksa

·         Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah menjadi /m/ dan /n/
Contoh: pakai – memakai, pemakai

·         Kata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
Contoh: lamar – melamar, pelamar

·         Awalan ber- dan per- berfungsi membentuk kata kerja aktif. Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka awalan ber- menjadi be-, per- menjadi pe-.
Contoh: Renang – berenang, perenang
·         Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan membawa arti yang pasif. Penempatan obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat dan pemindahan pelaku menjadi obyek dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua awalan ini.
Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)
Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti pasif)

·         Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda.
Contoh: Ikat – seikat, Indah – seindah

·         Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif ( tidak membutuhkan obyek).
Contoh: Luar – keluar (Ia sedang keluar .)
Dalam – kedalam (Mereka sedang kedalam.)

B.   Contoh Imbuhan Akhiran (sufiks)
Selanjutnya kita akan membahas imbuhan Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya dalam contoh.
Contoh:
an + pikir→pikiran
in + hadir→hadirin
wan + karya→karyawan
wati+karya→kryawati
wi+ manusia→manusiawi.
Semua akhiran ini di sebut sebagai akhiran untuk kata benda.

·         Sedangkan akhiran yang berupa kata sifat, seperti:
if→aktif→sportif
ik→magnetik→elektronik
is→praktis→anarkis
er→komplementer→parlementer
wi→manusiawi, surgawi, duniwi.

·         Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada yang berasal dari bahasa arab. Contoh:
al→formal→nasional
iah→alamiah→batiniah
i→abadi→alami→hewani→rohani.
nya→melihatnya→mendengarnya→mengalaminya
in→muslimin→mu’minin
at→muslimat→mu’minat
us→politikus
or→koruptor
if→produktif→sportif.

C.   AWALAN DAN AKHIRAN (konfiks) gabungan imbuhan
·         Awalan dan akhiran adalah imbuhan yang berupa gabungan dari awalan dan akhiran.
Contoh :  me-kan, pe-an, ber-an, se-nya, meper-kan

·         Awalan dan Akhiran me-kan, dan memper-kan
Makna me-kan:
1.      Melakukan pekerjaan orang lain.
Contoh :     Adik memesankan ibu makanan.
2.      Menyebabkan atau membuat jadi.
Contoh  :    Lemparan bola itu memecahkan kaca jendela kamar.
3.      Melakukan perbuatan.
Contoh         :         Gajah menyemburkan air dari belalainya.
4.      Mengarahkan.
Contoh :     Ayah meminggirkan kendaraannya.
5.      Memasukkan.
Contoh         :         Polisi memenjarakan penjahat itu di tahanan POLDA.

·         Makna memper-kan :
1.      Menyebabkan atau membuat jadi :
Contoh  :    Rini mempertotonkan kebolehannya bermain biola.

·         Awalan dan Akhiran ber – an
Makna :
1.      Menyatakan jumlah pelaku yang banyak.
Contoh  :    berdatangan, berterbangan

2.      Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
Contoh         :         bergulingan, berlompatan

3.      Menyatakan hubungan antara dua pihak.
Contoh  :    bersamaan, bersebelahan, berduaan.

4.      Menyatakan hubungan timbal balik.
Contoh         :         bersahutan, bersalaman

·         Awalan dan Akhiran pe – an
Makna :
1.      Menyatakan hal
Contoh  :    pendidikan, penanaman

2.      Menyatakan proses atau perbuatan.
Contoh  :    pendaftaran, penelitian.
3.      Menyatakan hasil.
Contoh         :         pengakuan, peghasilan
4.      Menyatakan tempat.
Contoh  :  penampungan, pemandian
5.      Menyatakan alat.
Contoh  :  penglihatan, pendengaran

·         Awalan dan Akhiran per- an
Makna :
1.      Menyatakan tempat.
Contoh  :    perhentian, perusahaan

2.      Menyatakan daerah.
Contoh  :    perempatan, pertigaan

3.      Menyatakan hasil perbuatan.
Contoh  :    pertahanan, perbuatan

4.      Menyatakan perihal.
Contoh  :    perbukuan, perkelahian

5.      Menyatakan banyak.
Contoh  :    persyaratan, persaudaraan

·         Awalan dan Akhiran se –nya
Makna :
1.   Menyatakan makna tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai.
Contoh  :          sebagus-bagusnya, setinggi-tingginya
1.   Sering disertai dengan kata ulang.
Contoh  :          sebaik-baiknya, semerah-merahnya

D.   Contoh Imbuhan Sisipan (infiks)
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.

Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
  1. Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi. sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut, gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.
  2.    Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu. Contoh: getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda. guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
  3.   Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti tunjuk.

Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata dasar sekunder. Sedangkan kata dasar primernya sambung mendapat sisipan –in- yang artinya menyatakan sifat terus-menerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer, kata dasar sekunder, dan kata dasar tersier.

Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata asal atau morfem dasar, yang di pakai sebagai kata dasar pertama dalam pembentukan kata jadian. Contoh: dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata dengarkan merupakan kata dasar dari kata dengar yang mendapat akhiran– kan . Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal dari kata dasar dengar yang mendapat konfiks per-kan. Kata dasar primer, haruslah pada kata jadian yang sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap.
Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan, main→bermain-main, merata→meratakan.

Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga dalam pembentukan kata yang lebih kompleks. Contoh: kata guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→ peringatkan→ diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya.

Sisipan (infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat (Adjektiva). Adjektiva tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks ter-. Hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas.
Benda (nomina) →sifat (adjektiva)
Getar → gemetar, guruh → gemuruh, kilap → kemilap, kilau → kemilau, santan → semantan, gerlap → gemerlap, gilang → gemilang, gilap → gemilap, taram → temaram, serbak → semerbak .



Semoga macam-macam kata imbuhan ini dapat bermanfaat.