Rabu, 27 April 2016

NOMINA TURUNAN

   Nomina Turunan
Nomina dapat diturunkan melalui afiksasi, perulangan, atau pemajemukan. Afiksasi nomina adalah suatu proses pembentukan nomina dengan menambahkan afiks tertentu pada kata dasar. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penurunan nomina dengan afiksasi adalah bahwa nomina tersebut memiliki sumber penurunan dan sumber ini belum tentu berupa kata dasar. Nomina turunan seperti kebesaran memang diturunkan dari kata dasar besar sebagai sumbernya, tetapi pembesaran tidak diturunkan dari kata dasar yang sama, besar, tetapi dari verba membesarkan.
Sumber sebagai dasar penurunan nomina ditentukan oleh keterkaitan makna antara sumber tersebut dengan turunannya. Kebesaran bermakna keadaan besar karena itu, kebesaran diturunkan dari ajektifa besar. Akan tetapi, makna pembesaran berkaitan dengan perbuatan membesarkan, bukan dengan ‘keadaan besar’, karena itupembesaran diturunkan bukan dari ajektifa besar, tetapi dari verba membesarkan.
Keterkaitan makna merupakan dasar untuk menentukan sumber, maka dalam kebanyakan hal tiap nomina turunan mempunyai sumbernya sendiri-sendiri. Nomina turunan seperti pertemuan dan penemuan, misalnya, tidak diturunkan dari sumber yang sama, yakni, temu, tetapi dari dua verba yang berbeda. Pertemuan diturunkan dari verba bertemu, sedangkan penemuan dari verba menemukanPenemuan juga tidak diturunkan dari verba menemui karena antara menemui dengan penemuan tidak ada keterkaitan makna.
Dalam bahasa Indonesia sering ada dua verba yang maknanya sangat dekat. Verba membesarkan dan memperbesar, misalnya, sama-sama mengandung makna ‘menyebabkan sesuatu menjadi besar atau lebih besar.’ Karena hal seperti ini, maka nomina turunan pembesaran tidak mustahil diturunkan baik dari verba membesarkanmaupun memperbesar.
Di pihak lain, bahasa Indonesia kontemporer juga menunjukkan adanya kecenderungan untuk memunculkan bentukan-bentukan baru sesuai dengan kebutuhan. Tampaknya karena adanya perbedaan makna yang halus antara verba meng- danmemper-, maka kini ada nomina yang hanya berkaitan dengan verba memper- : nominapemersatu, pemerkaya, dan pemerhati masing-masing diturunkan dari verbamempersatukan, memperkaya, dan memperhatikan.
Sejauh mana kedekatan makna dua verba untuk menjadi sumber penurunan nomina tidak mudah ditentukan. Verba menjual, menjualkan, dan menjuali, misalnya, jelas mempunyai makna yang berdekatan. Namun, nomina penjualan harus dianggap sebagai turunan hanya dari verba menjual saja karena makna penjualan tidak menyangkut pengertian benefaktif (menjualkan) maupun iteratif (menjuali).
Dalam kasus yang lain, bisa saja kata dari kelas kata tersebut mempunyai verba, tetapi maknanya tidak berkaitan dengan nomina yang diturunkan. Kata dasar nominaraja, misalnya, memang mempunyai verba merajakan dan merajai. Nomina turunankerajaan tidak berkaitan makna dengan kedua verba itu, tetapi dengan kata dasarnya,raja. Karena itu, nomina kerajaan tidak diturunkan dari verba merajakan ataupunmerajai, tetapi dari nomina raja. Demikian pula dengan kata kelurahan dan kecamatanyang masing-masing diturunkan dari nomina lurah dan camat.
3)      Afiks dalam Penurunan Nomina
Kata-kata berkelas nomina, selain berbentuk akar (nomina), banyak pula yang terbentuk melalui proses afiksasi. Pembentukan dengan afiksasi ini ada yang dibentuk langsung dari akar, tetapi sebagian besar dibentuk dari akar melalui kelas verba dari akar itu. Yang dibentuk langsung dari akar adalah nomina turunan berkonfiks ke-an, seperti kepartaian yang bermakna ‘hal partai’ dan kepandaian yang bermakna ‘hal pandai’. Sedangkan contoh yang dibentuk dari gramatikal ‘yang membaca’,pembacaan yang bermakna gramatikal ‘proses membaca’ dan bacaan yang bermakna gramatikal ‘hasil membaca’ atau ‘yang dibaca’.
Bahwa nomina pembaca dibentuk dari dasar baca melalui verba membacadapat kita lihat dari makna gramatikalnya, yaitu ‘yang membaca’. Sedangkan katakehutanan dibentuk langsung dari akar hutan juga tampak dari makna gramatikalnya, yaitu ‘tentang hutan’ atau ‘hal hutan’.
Afiks-afiks pembentuk nomina turunan sejauh ini adalah :
(1)   Prefiks ke-.
Nomina berprefiks ke- sejauh data yang ada hanyalah ada tiga buah kata yaitu ketua, kekasih dan kehendak dengan makna gramatikal ‘yang dituai’, ‘yang dikasihi’ dan ‘yang dikehendaki’.
(2)   Konfiks ke-an.
Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan konfiks ke-an.
1.      Yang dibentuk langsung dari bentuk dasar, baik dari akar tunggal maupun akar majemuk, seperti pada kata yang memiliki makna gramatikal ‘hal(dasar)’ dan ‘tempat atau wilayah’.
Misalnya :
-          Kebersamaan, artinya ‘hal bersama’.
-          Ketidakadilan, artinya ‘hal tidak adil’.
-          Kelurahan, artinya ‘wilayah lurah’.
-          Kerajaan, artinya ‘wilayah raja’.
-          Kesultanan, artinya ‘wilayah sultan’.
2.      Yang dibentuk dari dasar melalui verba (yang dibentuk dari dasar itu dan menduduki fungsi predikat sebuah klausa) memiliki makna gramatikal ‘hal (dasar)’ dan ‘hasil’. Misalnya :
-          Kegembiraan, artinya ‘hal gembira’ (yang dibentuk dari verba gembira, misalnya dari klausa ‘mereka tampak gembira’).
-          Keputusan, artinya ‘hasil memutuskan’ (yang dibentuk, misalnya dari klausa ‘gubernur tak dapat memutuskan perkara itu’).
(3)   Prefiks pe-.
1.      Nomina Berprefiks pe- yang Mengikuti Kaidah Persengauan
Prefiks pe- yang mengikuti kaidah persengauan dapat berbentuk pe-, pem-, pen-, per-, peng-, peny-, dan penge-.
·         Bentuk atau alomorf pe- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | r, l, w, y, m, n, ny, dan ng |. Contoh : perawat, perakit, pelintas, pewaris, peyakin.
·         Bentuk atau alomorf pem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | b, p, f, dan v |. Dengan catatan fonem | b, f,dan v | tetap berwujud, sedangkan fonem | p | disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu. Contoh : pembina, pemotong, pemfitnah.
·         Bentuk atau alomorf pen- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | d dan t |. Dengan catatan fonem | d | tetap diwujudkan sedangkan fonem | t | tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut. Contoh : pendengar, penulis.
·         Bentuk atau alomorf peny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem | s, c, dan j |. Dengan catatan fonem | s | disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada prefiks itu; sedangkan nasal | ny | untuk fonem | c | dan | j | dalam bahasa tulis diganti dengan huruf < n >. Contoh : penyikat, pencuri, penjual.
·         Bentuk atau alomorf peng- digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem | k, g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Dengan catatan fonem | k | tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal | ng | yang ada pada prefiks itu; sedangkan fonem lain tidak diwujudkan. Contoh : pengirim, penghibur, pengiris, pengambil.
·         Bentuk atau alomorf penge- digunakan apabila bentuk dasarnya berupa bentuk satu suku kata. Contoh : pengetik, pengecat, pengetes, pengebom, dan pengesah.
2.      Nomina Berprefiks pe- yang Tidak Mengikuti Kaidah Persengauan
Hal ini berkaitan dengan verba berprefiks ber- atau verba berklofiks memper-kan yang dibentuk dari dasar itu. Contoh : peladang, pedagang, peternak.
(4)   Konfiks pe-an.
·         Bentuk atau alomorf pe-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem | r, l , w, y, m, n, ny, dan ng |. Contoh : perawatan, pelarian, pemantapan.
·         Bentuk atau alomorf pem-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem | b, p, f, dan v |. Fonem | b | diwujudkan dan fonem | p | disenyawakan. Contoh : pembinaan, pemotongan.
·         Bentuk atau alomorf pen-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem | d dan t |. Fonem | d | tetap diwujudkan dan fonem | t | disenyawakan. Contoh : pendengaran dan penertiban.
·         Bentuk atau alomorf peng-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan fonem | k, g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Hanya fonem | k | yang dapat disenyawakan, sedangkan yang lain tetap diwujudkan. Contoh : pengiriman, penghukuman, pengurusan.
·         Bentuk atau alomorf penge-an digunakan apabila bentuk dasarnya berupa satu suku kata. Contoh : pengeboran, pengeboman.
(5)   Konfiks per-an.
1)      Nomina berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar melalui verba ber-bentuknya mengikuti perubahan bentuk prefiks ber-, sehingga menjadi bentuk per-an, pe-an, dan pel-an. Contoh : Perdagangan, pekerjaan, pecerminan.
2)      Nomina berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar (baik akar maupun bukan) nomina, seperti : perburuhan, perkantoran.
(6)   Sufiks –an
1)      Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- inflektif.
Tulisan, dalam arti ‘hasil menulis (diturunkan melalui verba menulis, di mana hubungan verba menulis dengan objeknya, misalnya, surat, mempunyai hubungan hasil)’.
Makanan, dalam arti ‘yang dimakan’
Saringan, yang memiliki komponen makna ( + alat )
2)      Nomina bersufiks –an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘tempat ber-(dasar)’. Misalnya, nomina kubangan, tepian, dan pangkalan.
(7)   Sufiks –nya.
1)      –nya sebagai pronomina persona ketiga tunggal, seperti dalam kalimat : saya mau minta tolong kepadanya.
2)      –nya sebagai sufiks seperti terdapat pada kata-kata naiknya, turunnya, danmahalnya.
(8)   Prefiks ter-.
Nomina berprefiks ter- dengan makna gramatikal ‘yang di-(dasar)’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum. Nomina tersebut adalah tersangka, terperiksa, terdakwa, tergugat, tertuduh, terhukum, dan terpidana.
(9)   Infiks –el-, -em-, dan –er-
Infiksasi dalam bahasa Indonesia sudah tidak produktif lagi. Artinya, tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru. Sejauh ini nomina berinfiks yang ada adalah :
-          Telunjuk = tunjuk
-          Gemetar = getar
-          Gerigi = gigi

0 komentar:

Posting Komentar